KAMI YANG MEREKA SEBUT ANCAMAN, PADAHAL HANYA INGIN HIDUP LAYAK
Ketika Bendera Fiksi Menyuarakan Realita
- Perlawanan terhadap ketidakadilan,
- Harapan untuk hidup layak,
- Protes terhadap sistem yang menindas,
Realita Hari Ini: Siapa Sebenarnya yang Mengancam?
Ketika rakyat miskin menyuarakan isi hati mereka, mereka dianggap pengganggu. Saat mereka memegang bendera, mereka disebut makar. Padahal mereka:
-
Tidak meminta lebih,
-
Tidak berniat melawan negara,
-
Hanya ingin hidup layak dan didengar.
Justru ancaman sesungguhnya adalah ketidakpedulian, arogansi kekuasaan, dan kebijakan yang membungkam suara rakyat.
Pemerintah Harus Dengarkan, Bukan Menuding
Fenomena ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah Indonesia. Ketika rakyat lebih memilih mengibarkan bendera anime daripada bendera negara, itu bukan bentuk penghinaan—itu seruan putus asa.
Mereka bertanya:
“Untuk siapa negeri ini dibangun, jika kami yang miskin dianggap ancaman?”
Kesimpulan: Kami Tidak Minta Dimuliakan, Kami Hanya Minta Dihargai
Kami bukan pengganggu. Kami bukan perusuh. Kami adalah rakyat yang ingin hidup layak.
Jika pemerintah hanya merespon suara rakyat dengan ancaman hukum, alih-alih mendengar jeritannya, maka negara ini sedang berjalan menjauh dari esensinya: melindungi seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum.
Komentar
Posting Komentar